Bunda
maafkan aku yang tak menangis saat kepergianmu bukan aku tak sayang, bukan
pula aku tak hancur...
Bunda ingatkah engkau, saat kau ajarkan aku untuk menjadi kuat dengan melihatmu tetap tegar dengan kerasnya kehidupan...
Kau tetap tersnyum dengan semua rasa sakit yang membuatmu tak sanggup lagi mengelus rambutku saat ku merebahkan diri disampingmu...
Kau selalu bisa membuat orang-orang disekitarmu tersenyum meski raga terkulai lemah...
Kau tak pernah mengeluh dengan rasa sakitmu, hingga membuat kami anakmu malu untuk bermuram dihadapanmu...
Bahkan saat matamu tak lagi sanggup kau buka senyumu masih tetap sama...
Bunda, semua itulah yang membuatku semakin kuat dan tetap tersenyum saat orang-orang memeluk dan mengasihi ku saat kau pulang kepadaNYA...
Bunda, bukannya aku tak ingin menangis, justru rasanya ingin aku meronta dan menjerit saat dua kalimat indah itu kau ucapkan hingga terdengar hembusan nafas terahirmu...
Tapi bunda, bagai mana dengan ayah dan sodara-sodariku jika mereka melihatku lemah...
Mereka begitu kehilanganmu dan sangat mencemaskan ku, cukuplah mereka kehilanganmu jangan sampai mereka semakin lemah dengan melihatku yang begitu lemah...
Bunda bukan aku tak sayang padamu, tapi engkaulah yang mengajarkan ku tentang keikhlasan dan kesabran...
Aku mengikhlaskan kepergianmu, karena ku tahu kau tak pernah meninggalkan ku sendiri. Doa mu, semangat juangmu, sejarah hidupmu, dan semua tentanngmu selalu hidup bersamaku...
Bunda, maafkan aku...
Ternyata aku tak sekuat itu...
Semakin lama engkau pergi, rindu ini semakin mencekramku....
Saat doa ku panjatkan untukmu, dadaku mulai menyempit hingga sesak dan terasa mencekik...
Tanpa ku sadari wajahku telah basah oleh air mata...
Tir mata yang tertunda ini, aku tak sanggup lagi menahanya...
Semoga doa ku, menjadi jalan bagimu menuju ZanahNYA.....