Thursday, 11 October 2012

AKU MERINDUKANMU SETIAP SAAT


Sore inipun hujan tetap turun seperti sore biasanya, tapi kenapa hujan sore ini terasa memilukan. Membuatku teringat akan kenangan masa kecil. Masa dimana senyuman tak pernah lepas dari bibir ku, tawa selalu terseruak terdengar indah saat ayah menceritakan hal-hal lucu nan penuh petuah. Terasa baru kemarin aku mendengar candaan ayah yang selalu sama namun tetap terdengar lucu setiap mendengarnya.
Teringat saat ayah menggendongku, saat aku terlelap tidur dipangkuan ibu. Aaaaah aku merindukannya, merindukan duduk dipangkuan ibu sambil mendengarkan kisah-kisah jenaka tentang perjuangan dan kehidupan. Ternyata aku benar-benar merindukan masa itu, masa dimana kasih sayang belum aku pahami namun terasa begitu hangat. Ingin rasanya masa itu kembali dengan wujud yang lain, yang lebih hangat dari masa itu.

Kau tahu ayah, saat ini pun, saat aku mengingat masa itu masih terasa hangatnya pelukan ibu, kokohnya punggung ayah saat menggendongku hingga aku merasa aman dibuatnya, tak ada ketakutan yang terlintas saat aku berada diatas punggung ayah.
Ayah, kini dia terlihat begitu tua, rambutnya yang sudah memutih, kulit yang mengeriput, bahkan terkadang tubuhnya susah untuk bergerak karna tulang sendinya terasa ngilu. Ayah yang dulu kekar dengan bahu yang lebar dan otot yang kuat sampai kinipun dia tetap kekar dengan senyumnya yang selalu memberi semangat untuk anak-anaknya dan segala petuah yang menguatkan kembali batin-batin yang melemah diterjang badai kehidupan.

Ayah, aku merindukan mu…..

Merindukan saat kau membelai rambutku dan berkata kau putri ayah yang pintar. “Aku merindukan mu setiap saat” itu yang saat ini ingin aku katakana padamu ayah, agar kau tak perlu berpikir lagi anakku kini jauh. Meski raga tak jumpa bukankah hati kita selalu berbicara? Ayah aku tahu begitu banyak hal yang membuatmu resah saat anak-anak mu mulai beranjak dewasa, aku tahu kau selalu merasa kurang memberikan yang terbaik untuk kami, tapi ayah, aku tak pernah merasa kekurangan apapun darimu karena kau selalu memberi lebih dan yang terbaik untuk ku.

Ayah, aku benar-benar meridukan mu…

Seandainya dengan mudah aku bisa mengatakan nya padamu,,,,,,,,

Ayah rasanya aku tak sanggup lagi untuk tidak menangis saat mengingatmu, ayah biarkan aku menangis, maafkan aku ayah air mata ini tetap mengalir walau ku coba untuk menahanya, seperti meberontak hingga membuat dadaku sesak, maafkan aku yang tak bisa lagi berjanji untuk tidak menangis saat kehidupan menyakitiku, maafkan aku ayah akan janji tetap tegar meski hidup begitu terjal, maafkan aku ayah karena melupakan janji kita, janji menjadi diri yang sebenarnya…
Terima kasih ayah, kau selalu membuatku kuat dan selalu membuatku kembali pada tujuan dan diriku yang sebenranya. Meski saat ini kau tak disampingku, semua tentangmu, mengingat dirimu cukup membuatku kembali tegar…

No comments:

Post a Comment

AIR MATA YANG TERTUNDA

Bunda maafkan aku yang tak menangis saat kepergianmu bukan aku tak sayang, b ukan pula aku tak hancur... Bunda ingatkah engkau, saat kau...