Sore inipun
hujan tetap turun seperti sore biasanya, tapi kenapa hujan sore ini terasa
memilukan. Membuatku teringat akan kenangan masa kecil. Masa dimana senyuman
tak pernah lepas dari bibir ku, tawa selalu terseruak terdengar indah saat ayah
menceritakan hal-hal lucu nan penuh petuah. Terasa baru kemarin aku mendengar
candaan ayah yang selalu sama namun tetap terdengar lucu setiap mendengarnya.
Teringat
saat ayah menggendongku, saat aku terlelap tidur dipangkuan ibu. Aaaaah aku
merindukannya, merindukan duduk dipangkuan ibu sambil mendengarkan kisah-kisah
jenaka tentang perjuangan dan kehidupan. Ternyata aku benar-benar merindukan masa
itu, masa dimana kasih sayang belum aku pahami namun terasa begitu hangat. Ingin
rasanya masa itu kembali dengan wujud yang lain, yang lebih hangat dari masa
itu.
Kau tahu ayah,
saat ini pun, saat aku mengingat masa itu masih terasa hangatnya pelukan ibu,
kokohnya punggung ayah saat menggendongku hingga aku merasa aman dibuatnya, tak
ada ketakutan yang terlintas saat aku berada diatas punggung ayah.
Ayah, kini
dia terlihat begitu tua, rambutnya yang sudah memutih, kulit yang mengeriput,
bahkan terkadang tubuhnya susah untuk bergerak karna tulang sendinya terasa
ngilu. Ayah yang dulu kekar dengan bahu yang lebar dan otot yang kuat sampai
kinipun dia tetap kekar dengan senyumnya yang selalu memberi semangat untuk
anak-anaknya dan segala petuah yang menguatkan kembali batin-batin yang melemah
diterjang badai kehidupan.
Ayah, aku
merindukan mu…..
Merindukan
saat kau membelai rambutku dan berkata kau putri ayah yang pintar. “Aku merindukan
mu setiap saat” itu yang saat ini ingin aku katakana padamu ayah, agar kau tak
perlu berpikir lagi anakku kini jauh. Meski raga tak jumpa bukankah hati kita selalu
berbicara? Ayah aku tahu begitu banyak hal yang membuatmu resah saat anak-anak
mu mulai beranjak dewasa, aku tahu kau selalu merasa kurang memberikan yang
terbaik untuk kami, tapi ayah, aku tak pernah merasa kekurangan apapun darimu
karena kau selalu memberi lebih dan yang terbaik untuk ku.
Ayah, aku
benar-benar meridukan mu…
Seandainya
dengan mudah aku bisa mengatakan nya padamu,,,,,,,,
Ayah
rasanya aku tak sanggup lagi untuk tidak menangis saat mengingatmu, ayah
biarkan aku menangis, maafkan aku ayah air mata ini tetap mengalir walau ku
coba untuk menahanya, seperti meberontak hingga membuat dadaku sesak, maafkan
aku yang tak bisa lagi berjanji untuk tidak menangis saat kehidupan
menyakitiku, maafkan aku ayah akan janji tetap tegar meski hidup begitu terjal,
maafkan aku ayah karena melupakan janji kita, janji menjadi diri yang
sebenarnya…
Terima
kasih ayah, kau selalu membuatku kuat dan selalu membuatku kembali pada tujuan
dan diriku yang sebenranya. Meski saat ini kau tak disampingku, semua tentangmu,
mengingat dirimu cukup membuatku kembali tegar…
No comments:
Post a Comment